
Membaca tulisan bapak Mochtar Buchori membuat hati saya serasa galau. Sebagai seorang guru yang sudah lebih dari 14 tahun mengabdi di dunia pendidikan, saya merasakan benar kalau saya belum memahami profesi saya sebagai guru. Belum merasakan betapa mulianya menjadi seorang guru. Karena aku tak segera meng-updateilmuku. Aku merasa puas dengan apa yang telah kukuasai.
Saya baca kembali tulisan pak Moctar Buchori yang sangat bagus itu,
Belajar dari guru yang terus membaca, rasanya seperti minum air segar. Namun, belajar dari guru yang tak lagi membaca, seperti minum air comberan.
Buat saya, tulisan ini serasa menohok ke ulu hati. Membuat saya harus senantiasa membaca dan tidak dihujat sebagai guru yang meminum air comberan. Saya harus memberikan minuman segar kepada peserta didik saya dengan banyak membaca. Membaca hal-hal yang terus berkembang baik lewat buku, maupun media lainnya.
Buat saya secara pribadi, memegang amanah menjadi guru profesional serasa berat. Sebab guru dituntut untuk terus menerus melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajarannya. Membuat para peserta didik senang dengan apa yang dipelajarinya sehingga bermakna dalam kehidupan nyata.
Saya baca kembali tulisan pak Mochar Buchori,
Seorang guru baru dapat disebut ”guru profesional” kalau dia memiliki learning capability, yaitu kemampuan mempelajari hal-hal yang harus dipelajarinya, hal-hal yang perlu dipelajarinya, dan hal-hal yang tidak perlu dan tidak dapat dipelajarinya. Kemampuan-kemampuan tumbuh dari pengetahuan tentang dirinya sendiri, siapa dirinya sebenarnya, dan mengetahui pula pribadi-pribadi bagaimana yang tidak mungkin dicapainya. Ditirunya, ya, tetapi dicapainya (verpersoonlijkt), tidak! Singkatnya, guru profesional adalah orang yang tahu diri. Orang yang tahu diri tidak akan melakukan plagiat.
Saya mendapatkan kesan bahwa esensi profesionalitas guru ini tidak pernah dijelaskan kepada guru-guru yang ingin maju, guru-guru yang benar-benar ingin memahami tugasnya dan memperbaiki kinerjanya. Kesan saya lagi, yang ditekankan dalam usaha-usaha peningkatan kemampuan (upgrading) adalah pengetahuan tentang kementerengan guru profesional. Hal-hal yang berhubungan dengan kosmetik keguruan profesional. Guru-guru muda yang baru selesai ditatar jadi guru profesional tampak ganteng (handsome) atau cantik, tetapi tidak memancarkan kesan keprofesionalan yang mengandung wibawa.
Malu rasanya mendapatkan kritikan tajam seperti ini, tetapi ini real terjadi dalam dunia pendidikan kita. Sedikit sekali guru yang tahu diri.
Diskusi ilmiah guru masih sangat jarang dilakukan. Padahal ini adalah pintu gerbang kesuksesan guru dalam melaporkan hasil penelitiannya. Berusaha saling bersinergi antara guru satu dengan yang lainnya. Saling melengkapi dan tidak merasa bahwa pelajarannyalah yang paling penting dipelajari. Maklum pelajaranya itu selalu masuk dalam ujian nasional. Pelajaran primadona yang membuat siswa menghabiskan waktunya hanya untuk pelajaran primadona itu. Pendidikan karakter terlupakan, apalagi pendidikan kewirausahaan.
Guru profesional memang enak terdengar di telinga, tetapi serasa berat untuk dijalankan karena beban moral yang harus dijaga. Mohon doa dari para pembaca agar saya bisa menjadi guru profesional sesuai harapan masyarakat, dan pemerintah.
Saya baca kembali tulisan pak Moctar Buchori yang sangat bagus itu,
Belajar dari guru yang terus membaca, rasanya seperti minum air segar. Namun, belajar dari guru yang tak lagi membaca, seperti minum air comberan.
Buat saya, tulisan ini serasa menohok ke ulu hati. Membuat saya harus senantiasa membaca dan tidak dihujat sebagai guru yang meminum air comberan. Saya harus memberikan minuman segar kepada peserta didik saya dengan banyak membaca. Membaca hal-hal yang terus berkembang baik lewat buku, maupun media lainnya.
Buat saya secara pribadi, memegang amanah menjadi guru profesional serasa berat. Sebab guru dituntut untuk terus menerus melakukan kreasi dan inovasi dalam pembelajarannya. Membuat para peserta didik senang dengan apa yang dipelajarinya sehingga bermakna dalam kehidupan nyata.
Saya baca kembali tulisan pak Mochar Buchori,
Seorang guru baru dapat disebut ”guru profesional” kalau dia memiliki learning capability, yaitu kemampuan mempelajari hal-hal yang harus dipelajarinya, hal-hal yang perlu dipelajarinya, dan hal-hal yang tidak perlu dan tidak dapat dipelajarinya. Kemampuan-kemampuan tumbuh dari pengetahuan tentang dirinya sendiri, siapa dirinya sebenarnya, dan mengetahui pula pribadi-pribadi bagaimana yang tidak mungkin dicapainya. Ditirunya, ya, tetapi dicapainya (verpersoonlijkt), tidak! Singkatnya, guru profesional adalah orang yang tahu diri. Orang yang tahu diri tidak akan melakukan plagiat.
Saya mendapatkan kesan bahwa esensi profesionalitas guru ini tidak pernah dijelaskan kepada guru-guru yang ingin maju, guru-guru yang benar-benar ingin memahami tugasnya dan memperbaiki kinerjanya. Kesan saya lagi, yang ditekankan dalam usaha-usaha peningkatan kemampuan (upgrading) adalah pengetahuan tentang kementerengan guru profesional. Hal-hal yang berhubungan dengan kosmetik keguruan profesional. Guru-guru muda yang baru selesai ditatar jadi guru profesional tampak ganteng (handsome) atau cantik, tetapi tidak memancarkan kesan keprofesionalan yang mengandung wibawa.
Malu rasanya mendapatkan kritikan tajam seperti ini, tetapi ini real terjadi dalam dunia pendidikan kita. Sedikit sekali guru yang tahu diri.
Diskusi ilmiah guru masih sangat jarang dilakukan. Padahal ini adalah pintu gerbang kesuksesan guru dalam melaporkan hasil penelitiannya. Berusaha saling bersinergi antara guru satu dengan yang lainnya. Saling melengkapi dan tidak merasa bahwa pelajarannyalah yang paling penting dipelajari. Maklum pelajaranya itu selalu masuk dalam ujian nasional. Pelajaran primadona yang membuat siswa menghabiskan waktunya hanya untuk pelajaran primadona itu. Pendidikan karakter terlupakan, apalagi pendidikan kewirausahaan.
Guru profesional memang enak terdengar di telinga, tetapi serasa berat untuk dijalankan karena beban moral yang harus dijaga. Mohon doa dari para pembaca agar saya bisa menjadi guru profesional sesuai harapan masyarakat, dan pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar