Pagi-pagi buta terbangun dari tidur dengan tergogoh-gopoh meraih handuk segera mandi. Antara semangat dan terpaksa memulai aktivitas setiap hari. Seluruh anggota keluarga mullai berkemas, tak jarang Ocehan, tangisan, amarah dan rintihan menjadi sarapan pagi yang akrab bagi seisi rumah. Pukul 7.15 WIB semua berangkat, berlomba seakan mengejar ketinggalan yang sudah dihadapan mata.
Kesibukan kerjapun dimulailah…dengan perasaan sesak diantara tumpukan kertas-kertas kerja, manusia dan beragam pola tingkah laku…begitu banyak yang harus dikerjakan tapi tidak ada yang terselesaikan…sampai dilemburkan pun tetap masih ada tersisa..
Pada esok harinya pun demikian dan demikian..bangun pagi makan, kerja, makan lagi kerja lagi bahkan harus sampai tengah malam, .setelah lelah tidur sejenak, bangun dan mulai aktivitas lagi.... lagi…
Demikian terus berlangsung dan kita hanya menjalaninya seperti seremonial semata dan pada akhirnya tua. Sebenarnya apa yang kucari..? Apa semua ini dilakukan hanya untuk kelangsungan hidup dan menuju kepada kematian..tanpa ada yang tersisa…? Aku berteriak…” TIDAK..... hidupku harus lebih bermakna bagi kehidupanku dan juga diriku sendiri…. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup bermakna telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. Akhirnya aku menemukan satu titik kesimpulan bahwa yang terpenting bukan apa yang kucari, tapi apa yang kuinginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Ternyata kehidupanku akan lebih bermakna jika aku sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif. Memaknai rutinitas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang untuk uang semata, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga. Meskipun kerjanya sama dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya berbeda. Ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya. Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai.
Kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik itu hal kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak.
Jadi apa kalkulasi yang menjadikan hidup 100% bermakna..??uang kah..?? Kepemimpinan kah..??? Ternyata yang menjadikan hidup menjadi 100% bermakna adalah
ATTITUDE=
A+T+T+I+T+U+D+E=
1+20+20+9+20+21+4+5+=100%
Jadi milikilah pendirian yang tetap.Jangan Mudah termakan oleh omongan orang banyak
bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Tags: sibuk
Saat jam terus bergulir, saat hari terus bergelinding antara siang dan malam. semua kehilangan waktunya….
Aku tersadar dalam keheninganku, menatap dunia dan ternyata semu… layak mimpi dalam tidur. Sekilas berlalu dalam mataku bagaikan film yang diputar dalam televisi atau monitor, hmm…… apakah aku sekarang berada di alam bawah sadar ataukah dalam alam kenyataan. Tapi, saatku melangkah dengan waktu dan menoleh ke belakang, mimpi…… ya… aku bermimpi.
Mataku melihat ke masa depan dengan imajinasiku. Gelap. terhalang tembok yang menjulang. ya..rabb apakah aku telah menyia-nyiakan waktu, hingga ku tak sadar bahwa aku tengah bermimpi dalam dunia yang nyata ini.
Pikiranku tengah mencari sesuatu dalam samudra angan dan imajinasi. Apa yang ku cari? pertanyaan itulah yang tepat membayangiku. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. aneh memang? kenapa aku seperti ini. namun di akhir pengelanaanku dalam dunia angan, aku menemukan satu titik kesimpulan.
Yang terpenting bukan apa yang kita cari, tapi apa yang inginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Kesibukan kerjapun dimulailah…dengan perasaan sesak diantara tumpukan kertas-kertas kerja, manusia dan beragam pola tingkah laku…begitu banyak yang harus dikerjakan tapi tidak ada yang terselesaikan…sampai dilemburkan pun tetap masih ada tersisa..
Pada esok harinya pun demikian dan demikian..bangun pagi makan, kerja, makan lagi kerja lagi bahkan harus sampai tengah malam, .setelah lelah tidur sejenak, bangun dan mulai aktivitas lagi.... lagi…
Demikian terus berlangsung dan kita hanya menjalaninya seperti seremonial semata dan pada akhirnya tua. Sebenarnya apa yang kucari..? Apa semua ini dilakukan hanya untuk kelangsungan hidup dan menuju kepada kematian..tanpa ada yang tersisa…? Aku berteriak…” TIDAK..... hidupku harus lebih bermakna bagi kehidupanku dan juga diriku sendiri…. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup bermakna telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. Akhirnya aku menemukan satu titik kesimpulan bahwa yang terpenting bukan apa yang kucari, tapi apa yang kuinginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Ternyata kehidupanku akan lebih bermakna jika aku sanggup berpedoman pada sebanyak mungkin filsafat hidup yang positif. Memaknai rutinitas sebagai tantangan akan lebih positif ketimbang untuk uang semata, aktualisasi-diri, kesejahteraan keluarga. Meskipun kerjanya sama dan sama-sama mendapatkan uangnya, tapi maknanya berbeda. Ketika kita sanggup mengekspresikan energi cinta untuk orang-orang yang kita cintai atau pekerjaan yang kita cintai. Anak, pasangan, keluarga, orangtua, kekasih, kelompok masyarakat tertentu yang kita bina adalah sumber makna hidup bagi orang yang mampu mengekspresikan cintanya. Begitu juga dengan pekerjaan atau profesi tertentu yang sanggup kita cintai.
Kehidupan akan lebih bermakna apabila kita sanggup mentransformasikan berbagai kemalangan, kepahitan, dan penderitaan yang kita alami, baik itu hal kecil atau yang besar, ke dalam berbagai bentuk ‘pelampiasan’ yang positif dan untuk orang banyak.
Jadi apa kalkulasi yang menjadikan hidup 100% bermakna..??uang kah..?? Kepemimpinan kah..??? Ternyata yang menjadikan hidup menjadi 100% bermakna adalah
ATTITUDE=
A+T+T+I+T+U+D+E=
1+20+20+9+20+21+4+5+=100%
Jadi milikilah pendirian yang tetap.Jangan Mudah termakan oleh omongan orang banyak
bermakna adalah kehidupan yang dinamis, progresif, dan konstruktif. Dasarnya adalah berpikir positif, bersikap positif dan bertindak positif.
Tags: sibuk
Saat jam terus bergulir, saat hari terus bergelinding antara siang dan malam. semua kehilangan waktunya….
Aku tersadar dalam keheninganku, menatap dunia dan ternyata semu… layak mimpi dalam tidur. Sekilas berlalu dalam mataku bagaikan film yang diputar dalam televisi atau monitor, hmm…… apakah aku sekarang berada di alam bawah sadar ataukah dalam alam kenyataan. Tapi, saatku melangkah dengan waktu dan menoleh ke belakang, mimpi…… ya… aku bermimpi.
Mataku melihat ke masa depan dengan imajinasiku. Gelap. terhalang tembok yang menjulang. ya..rabb apakah aku telah menyia-nyiakan waktu, hingga ku tak sadar bahwa aku tengah bermimpi dalam dunia yang nyata ini.
Pikiranku tengah mencari sesuatu dalam samudra angan dan imajinasi. Apa yang ku cari? pertanyaan itulah yang tepat membayangiku. Sampai saat ini memang rangkaian perencanaan hidup telah ku buat sedemikian, tapi…..
Semua itu hampa bagaikan angin yang menerpa untuk sesaat saja. aneh memang? kenapa aku seperti ini. namun di akhir pengelanaanku dalam dunia angan, aku menemukan satu titik kesimpulan.
Yang terpenting bukan apa yang kita cari, tapi apa yang inginkan dalam diri ini. keinginanlah yang telah membelengguku, keinginanlah yang telah menggerakanku, dan keinginanlah yang telah memilih jalannya sendiri, baik ataukah buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar