Kamis, 28 April 2011

Memahami Orang Lain Seperti Diri Sendiri adalah Kuncinya

Ketika seseorang menangis di depan kita, apa yang kita rasakan ? Akankah kita tertawa ataukah kita ikut menangis seperti yang orang itu lakukan? Faktanya tak semua dari kita akan ikut bersedih dengan apa yang terjadi pada diri saudara kita bahkan ada orang yang tersenyum di atas penderitaan orang lain. Mungkin saya atau Anda pun pernah mengalami hal seperti ini.
Memahami orang lain adalah bagian penting dalam kehidupan bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar. Ada banyak orang pandai dan kuat tetapi dia tidak memahami orang lain sehingga dengan kepandaian dan kekuatannya membuat orang lain kecewa, merasa disakiti, dan diremehkan.
Memahami orang lain bukan perkara yang mudah, tapi tidak sulit bila kita mau untuk berbuat diri kita paham akan tingkah laku orang lain. Ketika kita mencoba memahami orang lain, misalnya tidak tertawa jika teman sedang menangis, maka suatu ketika orang lain tidak akan menertawai diri kita ketika kita mengalami kejadian seperti itu. Orang akan paham bahwa kita peduli terhadap nasib atau keadaan orang lain dan seperti teori psikologi bahwa setiap ada aksi maka akan timbul reaksi.
Bagaimana kita dapat memahami orang lain, perasaan mereka, permasalahan yang menimpa mereka. Inilah yang disebut empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain. Misalnya ketika teman kita sedang senang maka kita paham dan bisa merasakan kegembiraannya dan kita pun ikut tersenyum. Begitu pula ketika teman kita mengalami kesulitan atau sedang sedih karena kehilangan orang yang dicintainya maka kita bisa juga merasakan bagaimana perasaan kehilangan tersebut.
Seseorang yang bisa memahami orang lain (berempati), akan lebih mudah diterima orang lain. Sikapnya yang apa adanya, tidak dibuat-buat membuat orang lain merasa nyaman dan tidak merasa kalau dirinya sedang dinilai. Walaupun baru kenal atau di lingkungan yang cenderung baru mereka lebih cepat diterima dan disenangi orang lain dibanding mereka yang kurang memahami perasaan orang lain.
Pergaulan di bidang apapun, selalu diwarnai oleh adanya orang-orang yang memiliki karakter, watak dan perilaku yang berbeda-beda itu. Mendapatkan orang yang selalu sama dengan kemauan kita merupakan hal yang mustahil. Selain itu, sebagaimana watak dan karakternya, setiap orang juga pada suatu saat mengalami perubahan-perubahan yang bisa jadi kurang menyenangkan. Hal-hal sederhana ini jika tidak berhasil disikapi secara arif dan bijak akan menjadi sebab runtuhnya hubungan-hubungan yang seharusnya dijaga secara terus menerus.
Untuk menjaga hubungan baik itu, kunci yang harus dipegang oleh masing-masing pihak adalah adanya kesediaan saling menerima orang lain sebagai apa adanya dan juga seutuhnya. Watak, perilaku dan karakter seseorang, oleh karena tuntutan lingkungan dan perjalanan waktu misalnya, bisa berubah-ubah. Contoh sederhana, suatu saat teman sekantor mengeluh, gelisah, dan bahkan marah. Keadaan seperti itu seharusnya diterima sebagai apa adanya. Kesediaan memahami dan menerima teman, kolega, sahabat sebagaimana apa adanya, merupakan kunci keberhasilan membangun kebersamaan, baik untuk kepentingan keluarga, institusi, atau organisasi.
Saat kau bertemu dengan 1 orang, kau akan mendapatkan 1 warna manusia. Tapi saat kau bertemu dengan 1000 orang maka kau akan mendapatkan 1000 warna. Biarlah hidupmu indah, penuh warna. Bersama mereka, orang-orang yang kau kasihi.

Tidak ada komentar: