Selasa, 27 Oktober 2009

Banyak Hal yang tidak perlu Aku Tanya

Ketika kesibukan membuatku penat dan kehilangan banyak momen. Ketika rutinitas merampas sedikit demi sedikit waktuku untuk bercengkrama dengan keluarga dan teman-teman. Ketika pekerjaan menjadi satu-satunya masalah di kepalaku, aku mulai bertanya ... apa yang sebenarnya aku cari?

Ketika begitu banyak rencana yang mau aku realisasikan. Ketika ada sejuta mimpi yang ingin aku wujudkan. Ketika seribu satu program berdesakan di otakku dan menuntut untuk disegerakan. Ketika daftar pekerjaan semakin panjang di setiap detiknya ... aku berhenti sejenak dan kembali bertanya .... selama apa aku akan hidup, sehingga seluruh cita-cita ini mampu hadir menjadi sebuah kenyataan?

Aku terhenyak ...
Seketika itu aku tersadar ...
Aku sudah mengucapkan begitu banyak keinginan dan menyusun banyak program serta tergopoh-gopoh menyelesaikannya satu per satu. Aku menjadi begitu repot mempersiapkan sesuatu yang belum aku ketahui apakah aku akan mendapatkannya ataukah tidak. Lalu apa yang aku persiapkan untuk kehidupan kekalku esok?

Aku menggeleng dalam diam ...
Memang aku telah memulai pencarianku ... selangkah demi selangkah aku mencoba untuk memahami hakekat penciptaanku, tujuan aku dihidupkan dan pengembaraan di dunia fana ini. Tapi aku suka terlupa ... bahwa di sini aku hanya sekedar singgah. Aku masih suka menangisi yang telah berlalu dan takut pada apa yang akan terjadi di depanku sehingga aku begitu sibuk menyiapkan segala sesuatunya.

Aku terlalu sibuk memikirkan keduanya sehingga aku kehilangan hari ini. Hari yang menjadi sepenuhnya milikku. Dimana aku diberi kesempatan untuk mempergunakannya dengan sebaik-baiknya. aku harus memusatkan konsentrasi, perhatian, kreativitas, jerih payah dan kesungguhanku. Aku harus menjalaninya dengan menjadikannya setiap detiknya menjadi detik-detik yang berharga dan bermanfaat baik untukku maupun orang lain yang ada di sekelilingku.

Untuk hari ini aku akan hidup, maka wahai masa lalu yang telah pergi dan menghilang, aku tidak akan menangisi kepergianmu dan engkau tidak akan melihatku duduk merenung untuk mengingatmu barang sejenakpun, karena engkau telah meninggalkanku.
Wahai masa depan, aku tidak akan berinteraksi dengan mimpi-mimpi. Aku tidak akan menjual diriku pada ilusi dan bayangan dan aku tidak akan menyegerakan kelahiran yang tiada. Hari esok masih belum ada, karena ia belum diciptakan dan masih belum disebut-sebut keberadaannya.

Biarkanlah hari esok datang dengan sendirinya kepadaku. Janganlah menanyakan tentang berita-beritanya dan jangan menunggu-nunggu kedatangannya karena aku sendiri pastilah mempunyai kesibukan dengan urusan hari ini. Janganlah sempat berangan-angan terlalu jauh dari realita!

Apa yang sudah lalu biarlah berlalu
Harapan masih belum menjadi kenyataan?
Itulah kenyataan yang tak perlu aku tanyakan/

Tidak ada komentar: