Minggu, 23 Januari 2011

Perubahan Iklim : Sebuah Catatan Perasaan untuk Pertobatan Ekologis




Perubahan iklim merupakan tantangan isu yang paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Perubahan iklim merupakan isu serius karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia kini dan pada masa mendatang. Sebagian besar studi tentang perubahan iklim menduga bahwa sekarang dunia telah menghadapi perubahan iklim. Benarkah perubahan iklim sudah sudah terjadi? Apa yang menunjukkan bahwa sudah terjadi perubahan di Bumi ini?
Memang temperatur bumi secara rata-rata naik secara keseluruhan. Cuaca ekstrim terus berkelanjutan mengancam dunia.. Bencana-bencana seperti gempa bumi, banjir, angin topan, siklon, badai dan kekeringan semakin sering dan dahsyat. Apakah semua bencana yang dihadapai dunia belakangan ini merupakan indikasi bahwa perubahan iklim sudah terjadi?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) menyebutkan bahwa iklim adalah keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang sangat lama (30 tahun). Sementara perubahan iklim diartikan sebagai suatu keadaan dimana pola iklim dunia berubah. Suatu daerah mengalami pemanasan, tetapi daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Apa akibatnya? Hal ini telah menciptakan fenomena cuaca yang kacau, curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem, arah angin yang berubah drastis.
Perubahan iklim merujuk pada berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi atau perubahan variabel/ unsur iklim, khususnya perubahan suhu, tekanan udara, angin, curah hujan, dan kelembaban secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang dan membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia.
Sampai saat ini, penulis berharap ini bencana yang dialami dunia belakangan ini bukanlah tanda-tanda perubahan iklim, meskipun pemanasan global telah terjadi. Mengapa penulis berharap demikian? Jika bencana-bencana itu merupakan indikasi perubahan iklim, berarti bencana ini akan berlangsung cukup lama, bahakn mungkin sampai puluhan tahun ke depan. Lalu apa yang terjadi? Manusia tinggal menunggu giliran, di mana dan kapan berhadapan iklim yang tidak bersahabat yang berakibat bencana.
Namun, jika perubahan iklim benar-benar sudah terjadi, kita tentu harus melakukan usaha-usaha kongkrit untuk menghadapai perubahan iklim itu. Banyak orang sekarang ini mepermasalahakan pemanasan global yang memicu perubahan iklim terjadi akibat ulah manusia. Sikap manusia yang egois yang tidak peduli kehidupan yang akan datang cenderung merusak lingkungan dengan berbagai dalih ekonomi. Tetapi harus kita akui juga, banyak orang berusaha untuk menyelamatkan Bumi seperti aktivis lingkungan dan lembaga swadaya masyarakat.
Benarkan perubahan iklim sudah terjadi? Apa yang menunjukkan bahwa sudah terjadi perubahan di Bumi ini? Salah satunya adalah pemanasan global yang tengah kita hadapi. Temperatur bumi terasa semakin panas. Hal ini sudah dirasakan oleh semua orang pada daerah-daerha yang dahulunya berhawa sejuk dan dingin.
Penulis lahir di desa kecil di pinggiran kota Parapat Sumatera Utara telah merasakan ini dua tahun yang lalu. Saat penulis masih kecil sampai remaja, terasa sekali udara desa kelahiran saya di sana sangat dingin dan sejuk. Saat itu, tiap malam penulis harus mengunakan selimut tebal ditamba dengan siluban (tikar pandan) menutupi seluruh tubuh. Kalau tidak, penulis tidak bisa tidur karena kedinginan. Tapi, saat ini semua telah berubahi. Jikalau penulis mudik alias pulang kampung, penulis mulai merasa gerah oleh panas. Pada malam hari saat tidur, selimut-selimut tebal tampaknya tidak diperlukan lagi.
Penulis yakin di daerah lain pun terjadi hal serupa. Di mana udara terasa semakin panas, sehingga hampir semua orang menyatakan bumi semakin panas. Inilah salah satu indikasi istilah pemanasan global. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Hal ini disebabkan meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia, seperti industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan.
Istilah perubahan iklim tidak sama dengan istilah ’pemanasan global. Parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti hujan, pengembunan, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Namun keduanya memiliki hubungan. Perubahan iklim terjadi karena adanya pemanasan global. Pemanasan global menghasilkan pola cuaca sangat kacau. Kekacauan cuaca ini membawa bencana kepada manusia. Kekacauan cuaca ini membuat manusia tidak bisa membaca gejala-gejala alam yang lazim. Padahal demi kehidupan, pola cuaca seperti periode musim hujan dan kemarau, perlu diketahui dengan baik terutama oleh para petani sehingga petani dapat menentukan musim tanam yang tepat agar produksi pertaniannya baik.
Selain itu, kondisi cuaca dan iklim seperti arah dan kecepatan angin diperlukan bagi para nelayan untuk menentukan saat-saat yang tepat pergi ke laut untuk mencari ikan serta masih banyak sektor-sektor kehidupan lain yang berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim. Faktanya sekarang warga dunia tengah berhadapan dengan fenomena cuaca yang kacau, termasuk curah hujan yang tidak menentu.
Saat ini penulis tinggal di Balige Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Fenomena cuaca yang kacau juga dapat kami rasakan. Oleh karena daerah kami termasuk daerah pertanian, dampak kekacauan ini paling berdampak pada petani-petani di daerah tempat saya tinggal. Hal yang paling dirasakan adalah berkurangnya air dari sumber air membuat lahan-lahan pertanian seperti sawah banyak yang tidak dapat dialiri air. Lahan garapan sawah semakin banyak yang terlantar. Akibatnya sumber mata pencaharian petani semakin berkurang. Harga beras semakin membumbung. Ujung-ujungnya masyarakat ekonomi lemah terkena dampak paling serius.
Saat ini sebagian besar sawah-sawah di daerah saya adalah sawah tadah hujan. Dari dahalu, sejak warga membuat lahan tersebut menjadi sawah, memang tidak pernah dialiri air yang bersumber dari irigasi, namun warga masih dapat menggarapnya karena cuaca saat itu masih bersahabat dan dapat diprediksi petani.
Berkali-kali pemerintah memotivasi warga untuk menggarap lahan sawah tersebut dengan memberikan alat-alat pertanian dan bibit varietas unggul. Namun sampai saat ini sawah tersebut tetap terlantar. Bukan karena kemalasan penduduk, tetapi karena cuaca terutama curah hujan yang tidak bersahabat. Menurut pedapat warga, air yang tertampung di sawah pun tidak dapat lagi bertahan lama. Paling-paling dapat bertahan tiga hari. Akibatnya lahan sawah belum selesai digarap untuk siap tanam, air sudah kering. “Najolo dang songoni”( dahulu tidak begitu), keluh warga. Maksudnya, dahulu sekali datang hujan, berminggu-minggu air dapat bertahan menggenangi sawah.
Mengapa air tidak dapat bertahan menggenang di sawah? Alasannya tidak lain karena telah terjadi pemanasan global. Temperatur bumi semakin tinggi. Suhu tanah juga naik membuat tanah tidak memiliki kelembapan. Akibatnya air cepat meresap ke dalam tanah.
Terjadinya pemanasan global banyak diakibatkan oleh ulah manusia yang hidupnya semakin serakah ingin menguasai kehidupan ini tanpa memperhatikan kehidupan orang atau makhluk hidup lainnya. Contoh pembabatan hutan yang banyak dilakukan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab atau mungkin oleh orang yang memiliki hak pengelolaan hutan (HPH), di mana banyak pohon di hutan ditebang tanpa mempedulikan lagi keberlanjutan hutan tersebut sehingga banyak hutan gundul. Hutan Gundul dapat mengakibatkan berbagai masalah misalnya longsor, banjir, hilangnya satwa liar yang hidup di hutan atau hilangnya tumbuhan yang berguna sebagai obat.
Pemanasan global sudah terjadi sementara di kota-kota ruang terbuka hijau sudah berkurang makanya udara saat ini sudah terasa panas. Selain itu sekarang ini juga sering disiarkan atau ditulis dalam media cetak bahwa jumlah es atau salju di kutub sudah berkurang apalagi baru-baru ini telah dikabarkan bahwa salju di pegunungan Jaya wijaya, Irian Jaya, Indonesia sudah tinggal 10 % saja. Akibat dari pemanasan global, salju banyak meleleh dan akan terjadi peningkatan permukaan air laut.
Pola curah hujan yang berubah, kenaikan suhu udara, kenaikan permukaan air laut, dan ter jadinya iklim ekstrim yang berupa banjir dan kekeringan merupakan beberapa dampak serius perubahan iklim. Perubahan iklim mendapat perhatian besar karena mempunyai pengaruh pada sistem hidrologi di bumi, yang pada gilirannya berdampak pada struktur dan fungsi ekosistem alami dan kehidupan manusia. Dampak yang mudah terlihat adalah frekuensi dan skala banjir serta musim kering yang panjang, yang terjadi di banyak bagian dunia, termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa sangat rentan terdap perubahan iklim.
Karenanya diperlukan kepedulian terhadap isu perubahan iklim, pemanasan global, dan gas rumah kaca sebab dampak yang ditimbulkan sangat mengancam kehidupan manusia baik dari segi kesehatan maupun dari segi kelangsungan hidup di bumi ini.
Tingkat emisi GRK terus meningkat tetapi pasti ada banyak peluang untuk menguranginya. Apa yang dapat kita kerjakan sekarang? Yang dapat kita kerjakan adalah pertobatan ekologis yakni mengubah sifat kita yang menguasai alam semesta dengan keserakahan, memperdalam pemahaman kita akan perubahan iklim dan masalah-masalah ekologis, dan melakukan tindakan-tindakan nyata untuk melestarikan lingkungan.
Untuk menghentikan pemanasan global, tidak mungkin dilakukan seorang diri tetapi harus dilakukan melalui kerja sama semua orang, walau bagaimanapun, sebaiknya mulailah dari diri kita sendiri. Salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global adalah melalui perubahan gaya hidup dan pola konsumsi. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan perorangan untuk menanggulangi perubahan iklim yaitu sebagai berikut
a.Hemat Energi dan Hemat Sumber Daya Alam
b.Menanam Pohon dapat Memberi Manfaat bagi Bumi Kita.
c.Kurangi Emisi (Transportasi dan Industri
Dari semua hal di atas yang terpenting adalah berubah yang didasari atas keinginan dan motivasi diri sendiri untuk berubah. Saran-saran di atas tidak akan berarti jika hanya sebagai bahan bacaan, tanpa ada tindakan nyata. Kita harus mulai mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu mengambil langkah ekstrim untuk langsung berubah dalam waktu semalam bila hal itu terlalu berat. Lakukanlah secara bertahap tapi konsisten dengan komitmen kita.
Jadilah contoh nyata bagi lingkungan dan orang-orang di sekitar kita. Contoh dan praktik yang kita berikan sangat penting untuk menginspirasi banyak orang lain berubah. Bersuaralah dan beritahu pemerintah, media, keluarga, kerabat, tetangga, sahabat, teman sekolah, rekan kerja, dan masyarakat sekitar untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman pemanasan global dan perubahan iklim. Berilah mereka dorongan untuk mencoba pola hidup mulia yang akan menyelamatkan planet kita tercinta ini.
Mari kita bertobat untuk kembali mengikuti aturan dan ketetapan Tuhan dalam kehidupan di dunia bersama alam dan segenap isinya

Tidak ada komentar: